Bentuk Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam bangunan
By
Hamah Sagrim
(Peneliti)
Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat pada dasarnya adalah merupakan bangunan tradisional dan sistem bentuk / tampilannya telah diatur dalam suatu kaidah yang dikenal dengan budaya Appabolang.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada enam rumah tradisional maybrat imian sawiat, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk arsitektur rumah Maybrat Imian Sawiat turut mempengaruhi kenyamanan thermal dalam bangunan, walupun sebenarnya pemikiran mengenai kenyamanan lebih banyak merupakan suatu unsur sampingan yang timbul secara tidak sengaja dari konsep penyesuaian diri terhadap kerasnya suhu di wilayah Maybrat Imian Sawiat dalam menciptakan kenyamanan thermal pada ruang dalam bangunan. Selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Lokasi
Lokasi yang diperoleh suku Maybrat Imian Sawiat dalam mendirikan rumahnya adalah mengikuti alur perbukitan, jalur jalan dan aliran sungai bagi yang di dataran gunung, sedangkan daerah pesisir memilih mengikuti garis pantai dan terpancar dengan pola perletakan di darat, diperalihan darat dan perairan serta diperariran laut.
Ketiga lokasi pengelompokan hunian tersebut masih berada diwilayah yang berhubungan langsung dengan hutan dan pesisir pantai, sehingga masih sangat dipengaruhi oleh angin kencang, kelembaban yang tinggi, korosi, dan pasang surut laut khususnya untuk rumah yang berdiri diatas perairan laut dan peralihan darat serta perairan.
b. Orientasi
Orientasi bangunan hunian di wilayah permukiman suku Maybrat Imian Sawiat merupakan penjewantahan dan hal – hal yang mendorong bersifat ancaman dan mistis. Fasade rumah harus menghadap jalan (sarana penghubung/kontrak sosial) sebagai tanda kehormatan dan kesopanan, begitu pula pada rumah yang berhubungan dengan laut, fasade harus menghadap ke laut sebagai keselamatan.
Unsur iklim seperti arah angin dan posisi lintasan matahari tidak menjadi pertimbangan. Dari hasil analisis, Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berada pada orientasi timur – barat, sangat menguntungkan karena sisi yang paling banyak kena sinar matahari adalah sisi pendek bangunan. Pergerakan angin dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin karena sisi tinggi bangunan tegak lurus dengan arah angin. Orientasi ini secara tidak disadari turut mewujudkan kenyamanan thermal yang diperlukan. Sedangkan untuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berorientasi utara – selatan, sisi yang paling banyak terkena sinar matahari adalah sisi panjang. Hal ini tentunya kurang menguntungkan karena dapat menjadi sumbangan panas dalam bangunan.
c. Bentuk dan Denah
Suku Maybrat Imian Sawiat dalam menentukan ukuran / dimensi bangunan, menggunakan teori kira – kira, kadang menggunakan ukuran tubuh manusia (jengkal), namun untuk ukuran tinggi bangunan biasanya disesuaikan dengan ukuran panjang pendeknya bahan konstruksi.
Bentuk denah yang tercipta dari ukuran – ukuran tersebut adalah suatu bentuk dengan yang bersegi empat pipih, sehingga memungkinkan untuk diterapkan system cross ventilase dan pemanfaatan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami, serta pembuangan kepulan asap. Rumah dengan bentuk denah seperti ini cocok untuk daerah yang beriklim lembab.
Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat berbentuk rumah panggung yang memiliki kaki, badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya Appabolang. Kaki harus ditinggikan dari permukaan tanah karena kondisi memungkinkan untuk mengantisipasi pengaruh eksternal yang terjadi. Kaki/tiang dilengkapi dengan palang /penyangga (katar) supaya tiang tidak cepat rusak/lapuk apabila bersentuhan dengan tanah. Badan rumah sebagai penghidupan sejati yang harus dilindungi dari alam luar yang jahat, sehingga ditempatkan di posisi tengah. Hal ini tentu saja untuk melindungi ruang – ruang aktivitas keluarga dari radiasi matahari, angin kencang, hujan dan pasang surut air laut. Kepala / atap, harus ditinggikan yaitu tidak boleh kurang dari manusia. Kondisi ini tentu bermanfaat untuk menetralisir suhu panas yang ada didalam ruang.
d. Atap dan Dinding
Atap bagi suku Maybrat Imian Sawiat berfungsi untuk melindungi bangunan dari panas matahari dan kebasahan hujan.
Dinding sebagai kulit bangunan yang senagtiasa harus manjadi pelindung terhadap radiasi matahari, hempasan air hujan, kelembaban dan angina kencang dari luar. Pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat dengan penggunaan dinding bangunan dari kulit kayu, gaba – gaba, papan kayu, diketahui mempunyai time lag kecil, sehingga panas yang ada langsung diterima dan dipancarkan untuk itu dinding banguan harus senangtiasa terbayangi/terlindungi dari sinar matahari langsung.
e. Overstek / Pelindung
Rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata – rata tidak menggunakan overstek, padahal untuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat, overstek atau pelindung sangat dibutuhkan setiap sisi bangunan untuk melindungi dinding terutama dari sinar matahari langsung, mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan kayu, kulit kayu, dan gaba – gaba dengan time lag yang kecil.
f. Material dan Warna
Pemilihan material atap pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata – rata menggunakan atap daun sagu, daun rumbino dan seng. Penggunaan daun sangat baik untuk merendam pengaruh radiasi matahari karena tidak menyerap panas, bahkan mempunyai pengudaraan yang baik. Atap daun dapat merefleksikan panas antara 20% - 23% sedangkan kekurangan penggunaan atap daun mengakibatkan kemudahan untuk terserang hama dan serangga. Namun pada daerah pesisir pantai Tehit, Sorong Selatan, yang memiliki kadar garam tinggi, hama atau serangga perusak tidak dapat berkembang sehingga atap daun sangat menguntungkan terutama untuk mengusir kelembaban dan mengurangi panas yang ada dalam ruang.
Disisi lain, pengguna atap seng di daerah pantai kurang tepat karena kadar garam yang tinggi dapat menyebabkan korosi, sehingga atap seng mudah rusak. Penggunaan atap seng bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, disamping karena pertimbangan konstruksi yang ringan, juga terhadap kebiasaan menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari. Air hujan dari cucuran atap seng lebih jernih dan lebih bersih dibanding atap daun. Atap seng dapat merefleksi 90% - 70% akibat radiasi matahari. Pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap seng rata-rata tidak diberi warna. Dengan demikian maka atap seng cepat merefleksi panas sekitar 45% - 25% sehingga terasa cepat panas, yang mengakibatkan pengaruh pada kondisi konfort di dalam ruangan. Untuk itu dapat diantisipasi dengan pemasangan plafond dan bukaan jendela yang cukup. Disamping itu, bahwa atap seng mudah terjadi kondensasi khususnya dipagi hari. Untuk itu, konstruksi kayu yang ada dibawah harus terlindungi benar dari kelembaban. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian cat atau ter dan harus bisa bernafas artinya hawa udara senantiasa mengalir berputar dibawahnya. Pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dikataka telah merespons terhadap kondisi ini.
Sedangkan untuk elemen bangunan lain umumnya menggunakan material dari Kayu sebagai struktur dan tali sebagai pengikat. Material kayu diketahui mempunyai kemampuan pemantulan sekitar 60% - 40%.
g. Pola Penataan Hunian.
Pola penataan hunian dipermukaan wilayah hunian Maybrat, Imian, Sawiat, ini mengikuti lereng perbukitan bagi wilayah perbukitan, dan mengikuti pesisir pantai bagi wilayah pesisir atau ini bisa dikatakan bahwa masih semrawut dan tidak teratur. Tentusaja kondisi ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya temperatur lingkungannya.
Pada rumah halit yang diteliti, setiap rumah di wilayah pegunungan lereng, tidak memperhatikan jarak ruamah antara satu dengan yang lain tetapi bergantung pada pemilihan lokasi, karena dipengaruhi oleh lereng, bukit dan tebing sehingga lokasi sebagai ukuran utama penempatan bangunan. Sedangkan di wilayah pesisir pantai, memperhatikan perbandingan yang seimbang antara luas lahan dan luas bangunan. Hal ini tentunya dapat menjadi pendukung yang baik untuk mengontrol arah angin dan memanfaatkannya untuk mengusir kelembaban dan panas dalam ruang.
PENGARUH IKLIM TERHADAP KENYAMANAN THERMAL DALAM RUANG RUMAH TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUA
HALIT-MBOL CHALIT
By
Hamah Sagrim
"peneliti"
Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, beserta lingkungan dan budayanya telah dapat merespon terhadap pengaruh iklim tropis untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya sebagai berikut:
a. Pengaruh Sinar Matahari
Untuk menghindari sinar matahari langsung masuk ke dalam bangunan, maka dianjurkan untuk memakai pelindung dari atap dan dinding. Namun dari hasil analisis dengan menggunakan susunan path diagram, kulit yang ada belum cukup untuk melindungi kulit bangunan dari sinar radiasi matahari. Sehingga masih membutuhkan pematah sinar matahari dengan panjang tentunya. Sedangkan pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan alami pada tiap rumah halit, hampir seluruhnya berfungsi dengan ketentuan bahwa setiap ruang yang ada harus diberi lubang 2m-2,8m lubang bukaan/jendela. Sementara dindingnya dari bahan kayu, dan kulit kayu, yang mempunyai celah. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang sisi bangunannya berorientasi pada utara selatan, pemanfaatan cahaya alaminya memenuhi persyaratan besar intensitas cahaya yang dianjurkan. Sedangkan rumah yang sisi panjang bangunannya berorientasi timur barat, pada jam 12.00 dan jam 14.00 nilai intensitas cahayanya berada diatas ambang persyaratan maksimal. Jadi pada jam-jam ini terjadi discomfort.
b. Pengaruh Temperatur Udara.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rentang temperatur yang terjadi pada rumah di daratan dan di peralihan, rata-rata tinggi. Sedangkan rumah perairan laut menunjukkan kondisi temperatur yang berkisar sedang ke rendah. Hal ini disebabkan karena dibidang daratan lebih panas dua kali lebih cepat dari pada bidang air pada luas yang sama, dan bidang air kehilangan sebagian energi panasnya karena penguapan. Disamping itu pola peletakan hunian diperalihan yang cenderung padat tidak teratur menjadi penghambat aliran angin untuk mencapai jendela/bukaan, sehingga perannya untuk menurunkan temperatur udara sangat kecil.
c. Pengaruh Hujan dan Kelembaban
Terhadap pengaruh hujan diatasi dengan pembentukan atap yang memadai. Hal ini tentunya untuk mempercepat turunnya air hujan dari atap supaya tidak merembes masuk kedalam rumah, disampin untuk ditampung sebagai persediaan air bersih sehari-hari (khsus wilayah pesisir laut). Namun pada hunian perkampungan di Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya dibangun dengan bentuk atap pelana dengan sudut jatuh suram menutupi sebagian badan/dinding rumah sehingga pengaruh hempasan hujan untuk menembus dinding dapat terlindungi.
d. Pengaruh Pergerakan Udara
Kecepatan gerak udara sangat penting dalam usaha menciptakan suatu nilai kenyamanan. Bila dilihat dari bentuknya maka perlu ditambahkan bukaan/jendela disetiap rumah hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga cukup memenuhi kriteria kenyamanan, karena dengan bukaan yang ada bisa memanfaatkan udara sebagai penghawaan alami. Namun pemanfaatan aliran angin melalui penempatan bukaan pada posisi yang tepat, belum seluruhnya tercapai pada setiap rumah pesisir untuk kecepatan angin 0,1m/det dengan arah angin miring terhadap lubang, bila bukaannya miring maka belum memenuhi persyaratan, untuk kegiatan keluarga. Hal ini disebabkan karena perletakannya berada pada daerah peralihan daratan dan perairan. Pergerakan udara didaerah peralihan daratan dan perairan ini diketahui rata-rata 2-3, 1 km/jam. Sedangkan untuk didaratan/pegunungan, pergerakan udara rata-rata 3,1 km/jam dan untuk diperairan laut rata-rata 5.3 km/jam. Kecepatan udara diperalihan relatif kecil karena pola perletakan huniannya cenderung pada dan tidak teratur, sehingga pergerakan udara terhalang ke bangunan.
e. Kenyamanan Thermal Rumah Halit
Kondisi udara yang dirasakan nyaan mempunyai kombinasi dan temperatur kelembaban, dan kecepatan angin. Kondisi tiap rumah Halit dalam sehari berada pada kondisi nyaman optimal menurut kekondisian hangat kondisi nyaman optimal pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat disimpulkan berdasarkan pola perletakan hunian sebagai berikut.
· Untuk perletakan hunian di daratan gunung. Kondisi kenyamanan optimal rata-rata terjadi pada jam 18.00 – 08.00 pagi. Sedangkan pada jam 10.00 – 16.00 sore beradadalam kondisi hangat.
· Untuk perletakan hunian di peralihan darat dan perairan laut. Kondisi nyaman optimal rata-rata hanya terjadi pada jam 01.00 – 16.00 sore berada dalam kondisi hangat.
· Untuk perletakan hunian di perairan laut pada jam 18.00 – 08.00 pagi. Sedangkan pada jam 10.00 – 16.00 sore berada dalam kondisi hangat.
Kondisi kenyaanan didarat dan diperairan laut sebenarnya kurang lebih hampir sama. Hal ini disebabkan karena kelembaban di perairan laut lebih tinggi daripada didarat. Sedangkan rentang temperatur berlaku sebaliknya, sehingga kondisi yang ditunjukkan dalam diagram olgyay berada dalam kondisi tidak nyaman dan masih perlu ditoeransi dengan tambahan angin sekitar 0,5 – 1,5 m/det. Sedangkan untuk hunian yang berada di peralihan darat dan perairan laut masih membutuhkan tambahan angin sekitar 1,5-1,3 m/det.
KESIMPULAN PENGARUH SINAR MATAHARI DALAM MEMPENGARUHI KENYAMANAN THERMAL RUMAH TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUA
"HALIT-MBOL CHALIT"
By
Hamah Sagrim
(Peneliti)
Untuk menghindari sinar matahari langsung masuk ke dalam bangunan, maka dianjurkan untuk memakai pelindung dari atap dan dinding. Namun dari hasil analisis dengan menggunakan susunan path diagram, kulit yang ada belum cukup untuk melindungi kulit bangunan dari sinar radiasi matahari. Sehingga masih membutuhkan pematah sinar matahari dengan panjang tentunya. Sedangkan pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan alami pada tiap rumah halit, hampir seluruhnya berfungsi dengan ketentuan bahwa setiap ruang yang ada harus diberi lubang 2m-2,8m lubang bukaan/jendela. Sementara dindingnya dari bahan kayu, dan kulit kayu, yang mempunyai celah. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang sisi bangunannya berorientasi pada utara selatan, pemanfaatan cahaya alaminya memenuhi persyaratan besar intensitas cahaya yang dianjurkan. Sedangkan rumah yang sisi panjang bangunannya berorientasi timur barat, pada jam 12.00 dan jam 14.00 nilai intensitas cahayanya berada diatas ambang persyaratan maksimal. Jadi pada jam-jam ini terjadi discomfort.