KESIMPULAN ANALISIS USULAN KONSEP/REKOMENDASI KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUA



KESIMPULAN ANALISIS USULAN KONSEP/REKOMENDASI KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUA

By

Hamah Sagrim

(Peneliti)


1. Budaya Appabolang sebagai pedoman untuk medirikan rumah halit-mbol chalit, bukan suatu aturan yang kaku, tetapi tetap berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, bentuk dan tampilan rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai hasil budaya Appabolang dapat diadaptasikan dengan menambahkan aspek-aspek perancangan yang merespon terhadap lingkungan alam tropis. Dengan demikian, selain aspek teknis dan aspek kesehatan dapat lebih memenuhi persyaratan dan aspek sosial budaya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dapat sesuai dan diterima.

2. Terhadap iklim, disarankan:

a. Untuk mengurangi radiasi matahari terhadap atap bangunan dan mengurangi efek silau, penggunaan atap seng sebaiknya dilapisi dengan cat warna kemerahan (dapat merefleksi panas 35%). Atau dengan menggunakan genteng asbes untuk manggantikan seng. Karena genteng asbes selain tidak mudah berkarat, konstruksinya ringan, mudah dipasang, cukup murah, dan tidak perlu khawatir terhadap proses pembusukan seperti atap daun. Untuk mengurangi silau akibat pantulan air laut dan terang langit, dapat diatasi dengan pembuatan pematah matahari, selain itu digunakan untuk perlindungan dan pengaruh hujan. Panjang pematah sinar matahari disarankan adalah sepanjang 1,2 m – 2 m dengan bentuk yang sesuai dengan jendela dan kemiringan atap.

b. Perlu ada pemberian jarak pada bangunan untuk mendapatkan keteraturan tata letak bangunan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek pengaliran udara yang baik pada lorong-lorong antar rumah, serta untuk menurunkan kondisi kelembaban yang sangat tinggi. Pola tata letak bangunan yang disarankan adalah berbaris membentuk grid, supaya angin dapat dengan leluasa mencapai bangunan. Angin yang bertiup sangat kencang tentu saja akan menjadi masalah. Jadi perlu ada usaha untuk mengendalikannya. Misalnya dengan penahan-penahan angin seperti defletor-defletor yang membelokkan arah angin menurut yang kita kehendaki dan bahkan dapat dimanfaatkan terutama untuk mengusir kelembaban yang sangat tinggi. Solusi tepat untuk menjembatani antara tiupan angin kencang yang sering terjadi di pantai dan di lain pihak kebutuhan akan gerakan udara untuk mengusir tingkat kelembaban yang sangat tinggi. Perlu juga diperhatikan mengenai pemanfaatan vegetasi yang dapat tumbuh di wilayah pesisir pantai seperti pohon bakau, pohon palm, dan lain-lain sebagai klimatologi kontrol, juga dapat memberi nilai estetika.

c. Pada prinsipnya pembangunan rumah diatas tiang-tiang (rumah panggung) adalah suatu keputusan yang cukup bijaksana, apalagi bila bediri diwilayah pesisir pantai dengan kondisi alam yang sangat keras. Disamping itu, pemakaian konstruksi ini telah terbukti dapat mencapai suatu nilai kenyamanan yang diinginkan apabila ditangani dengan cerdas. Untuk itu pada penelitian selanjutnya perlu dipikirkan suatu aspek penanganan baik dan segi perencanaan maupun perancangan. Sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Tentunya untuk mendapatkan manfaat semaksimal mungkin sehingga warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita tidak punah, bahkan akan menampilkan jati diri bagi perkembangan arsitektur di Indonesia.

d. Selain itu, untuk menghindari kelembaban dan memberikan kehangatan dalam ruang, dianjurkan untuk setiap bukaan-bukaan, overstek, ventilasi perlu dilapisi dengan senat (semacam anyaman dari kulit pelepah sagu). Karena menurut penelitian kami, senat mampu mengembalikan suhu yang hangat pada ruang thermal yang dingin dalam waktu ± 2 jam untuk ukuran bangunan 7-10 meter persegi.

About this entry

Posting Komentar


 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2008